PENYAKIT SIFILIS (RAJA SINGA)

 SIFILIS (RAJA SINGA)


A. Definisi Penyakit Sifilis

    Raja singa atau sifilis merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sekitar 60% orang yang berhubungan seksual multi-partner atau bergonta-ganti pasangan dan kaum homoseksual pernah mengalami penyakit ini. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut atau dubur. 

    Luka pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak terlihat dan tidak terasa sakit, sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Meski demikian, pada tahap ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak organ otak, jantung, dan beberapa organ lain. Pada wanita hamil, infeksi dapat berbahaya karena bisa menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian bayi.

    Oleh karena itu, semakin dini diagnosis dan pengobatannya, semakin mudah sifilis disembuhkan. Bila diobati dengan cepat, sifilis dapat disembuhkan. Namun bila dibiarkan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang berat.

B. Penyebab Penyakit Sifilis

    Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk dan menginfeksi manusia melalui luka di vagina, penis, anus, bibir, atau mulut. Penularan sifilis paling sering terjadi saat aktivitas seksual, baik saat penetrasi penis ke dalam vagina, maupun saat dilakukan seks oral atau seks anal. Selain itu, sifilis juga bisa ditularkan dari ibu ke bayi saat proses persalinan.

Orang-orang yang rentan mengalami sifilis adalah sebagai berikut:

·     Berhubungan seksual multi-partner, apalagi bila dilakukan tanpa pengaman (misalnya kondom)

·     Kaum homoseksual

·     Penderita HIV

C. Gejala Penyakit Sifilis

    Gejala penyakit sifilis berkembang sesuai dengan tahapan yang dialami. Pada tahapan tertentu, gejala sifilis sudah tidak muncul, namun penderita masih tetap bisa menularkannya kepada orang lain. Berikut adalah penjelasan gejala sifilis, yang juga dikenal dengan penyakit raja singa, berdasarkan tahap perkembangan penyakitnya:

1.   Sifilis Primer

    Gejala muncul antara 10 hingga 90 hari setelah terpapar bakteri penyebab sifilis. Awalnya, gejala yang muncul berupa luka kecil pada kulit (chancre) yang tidak terasa sakit. Luka ini timbul pada lokasi bakteri masuk ke dalam tubuh, biasanya di area sekitar kelamin.

    Selain di area kelamin, luka juga dapat muncul di area mulut atau dubur. Tidak hanya muncul di bagian luar, luka akibat sifilis atau sipilis ini, juga bisa muncul di bagian dalam vagina, dubur, atau mulut sehingga tidak terlihat. Karena luka tersebut bisa tidak menimbulkan rasa sakit, penderita bisa tidak menyadari terkena sifilis.

    Luka ini dapat menghilang dalam waktu 3 hingga 6 minggu, namun hal tersebut bukan berarti penderita telah pulih. Bila tidak diobati, kondisi ini justru menandakan infeksi telah berkembang dari primer menjadi sekunder.

    Pada tahap ini diarea selangkangan muncul benjolan yang menandakan pembengkakan kelenjar getah bening, sebagai reaksi dari pertahanan tubuh.

2.   Sifilis Sekunder

    Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder berbentuk ruam bisa muncul di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut, namun tidak menimbulkan rasa gatal.

    Biasanya ruam yang muncul berwarna merah atau merah kecoklatan dan terasa kasar, tapi ruam tersebut sering terlihat samar sehingga penderita tidak menyadarinya.

    Selain timbul ruam, gejala sipilis (sifilis) tahap sekunder juga dapat disertai gejala lain, seperti demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, pusing, pembengkakan kelenjar getah bening, rambut rontok, serta penurunan berat badan.

    Ruam pada tahap ini juga akan menghilang meski penderita tidak menjalani pengobatan. Namun gejala dapat muncul berulang kali setelahnya. Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke tahap laten atau tahap tersier.

3.   Sifilis Laten

    Pada sifilis tahap ini, bakteri tetap ada, tapi sifilis tidak menimbulkan gejala apa pun selama bertahun-tahun. Selama 12 bulan pertama tahap sifilis laten, infeksi masih bisa ditularkan. Setelah dua tahun, infeksi masih ada di dalam tubuh, tapi tidak bisa ditularkan kepada orang lain lagi. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahap sifilis paling berbahaya.

4.   Sifilis Tersier

    Infeksi pada tahap ini dapat muncul antara 10 hingga 30 tahun setelah terjadinya infeksi pertama. Sifilis pada tahap tersier ditunjukkan dengan kerusakan organ permanen, sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya.

    Pada tahap ini, sifilis bisa sangat berbahaya dan bahkan menyebabkan kematian. Sifilis tersier bisa berdampak pada mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-sendi. Akibatnya, penderita bisa mengalami kebutaanstroke, atau penyakit jantung.

5.   Sifilis Kongenital

    Bila ibu hamil terkena sifilis atau raja singa, infeksi ini juga dapat menyebar kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan atau saat persalinan. Sifilis jenis ini disebut sifilis bawaan atau sifilis kongenital. Kondisi ini sering menimbulkan komplikasi serius saat kehamilan, seperti keguguran, kematian janin dalam kandungan, atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.

    Bila berhasil hidup, bayi yang lahir dengan sifilis atau sipilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala tertentu pada awalnya. Namun, beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan kelanjar getah bening dan organ limpa.

Kondisi sifilis kongenital dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:

·     Batang hidung yang rata.

·     Kelainan bentuk gigi.

·     Anemia berat.

·     Pertumbuhan tulang yang abnormal.

·     Meningitis.

·     Ganguan saraf, seperti buta atau tuli.

 D. Diagnosis Penyakit Sifilis


Untuk dapat memastikan adanya penyakit sifilis, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu:

· Pemeriksaan darah: pemeriksaan darah berupa pemeriksaan VDRL (venereal disease research laboratory) dan TPHA (treponema pallidum haemagluttination) dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis.

·     Pemeriksaan cairan dari ulkus durum, dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari ulkus durum dan melihatnya di bawah mikroskop. Penyakit sifilis dapat dipastikan bila dokter menemukan bakteri Treponema pallidum dari pemeriksaan mikroskop yang dilakukan.

Bila dari salah satu pemeriksaan tersebut, seseorang dipastikan menderita sifilis, maka pasangan seksualnya juga harus diperiksa dan diobati bersama-sama sekalipun tidak memiliki gejala apa pun. Jika tidak demikian, maka penularan penyakit sifilis akan terus terjadi.

E. Kapan Harus Ke Dokter

    Seseorang yang melakukan hubungan seks secara tidak aman, yaitu bergonti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan kondom, perlu melakukan pemeriksaan penyakit sifilis setiap 3 bulan hingga setahun sekali.

    Pemeriksaan sifilis atau sipilis juga perlu dilakukan untuk wanita hamil karena infeksi sifilis berbahaya untuk janin yang dikandungnya. Lakukan pemeriksaan rutin dengan dokter kandungan Anda. Dokter kandungan akan melakukan skrining sifilis sekitar minggu ke-8 hingga ke-12 kehamilan. Pemeriksaan ini biasanya diulangi kembali pada trimester kehamilan selanjutnya.

    Jika terdapat luka atau ruam, terutama di area selangkangan, atau keluar cairan yang tidak biasa, maka segera periksakan diri ke dokter kulit. Pemeriksaan ini bertujuan agar penyebab luka tersebut bisa diketahui, sehingga dapat diberikan penanganan yang tepat.

    Anda juga dianjurkan untuk periksa ke dokter jika memiliki pasangan seksual yang mengalami sifilis atau raja singa, meskipun Anda tidak merasakan gejala penyakit ini. Pemeriksaan ke dokter bertujuan untuk mencegah sifilis berkembang menjadi lebih parah.

F. Pencegahan Penyakit Sifilis

Pencegahan penyakit sifilis sangat bisa dilakukan. Caranya yaitu:

·     Tidak melakukan hubungan seksual (abstain)
·     Monogami (hanya berhubungan seksual dengan satu orang)
·     Menggunakan kondom saat hubungan seksual

·     Bila menggunakan sex toys, tidak bertukar sex toys dengan orang lain


G. Pengobatan Penyakit Sifilis

    Agar dapat sembuh dengan sempurna dan tak meninggalkan komplikasi apapun, pengobatan sifilis harus dilakukan sedini mungkin. Pengobatan hanya boleh dilakukan oleh dokter. Penderita sifilis tak dianjurkan untuk mengobati dirinya sendiri.

    Pengobatan Sifilis stadium primer, sekunder, dan laten umumnya diobati dengan antibiotik Benzhatine Penicillin yang disuntikkan kedalam otot. Sifilis stadium tersier dan neurosifilis juga diobati dengan obat yang sama, namun frekuensi pemberian obatnya lebih sering.

    Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah penderita sifilis tidak boleh melakukan hubungan seksual sama sekali sampai pengobatan sipilis selesai dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Untuk dapat memastikan kesembuhan, umumnya dokter akan menganjurkan beberapa kali pemeriksaan darah.

Post a Comment

0 Comments

Search This Blog